BUDAYA KERJA SYARI'AH
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagaimana
kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuan
muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebuah disiplim ilmu harus
membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini jauh dari apa yang
kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidikan Islam memberikan kontribusi
terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal tersebut belum
terealisasikan dengan maksimal.
Tentang “Tipe pemimpin dalam
manajemen syari’ah Islam”. Disana di bahas mengenai pengertian pemimpin menurut
Islam sebagai Khalifah atau menurut
umum bahwa pemimpin adalah leader/orang
yang memiliki kemampuan; baik sikap,pengetahuan dan naluri untuk mengelola dan
bekerjasama demi
mencapai suatu tujuan. Tipe Pemimpin
dalam Manajemen Syari’ah :
·
Tegas : pemimpin
yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan memerintah dengan benar,
jelas dan transparan.
·
Musyawarah : pemimpin yang menghargai pendapat dari bawahannya dan dijadikan reperensi apabila pendapat itu bisa menghasilkan sesuatu
yang baik untuk kepentingan bersama,
menjaga silaturahmi dan untuk menghindari konflik
·
Terbuka : pemimpin tidak menutupi apa yang harus disampaikan dan diketahui oleh bawahannya.
·
Pemahaman terhadap tujuan perusahaan : pemimpin harus lebih tahu dan lebih pintar dari bawahan mengenai tujuan dari suatu organisasi karena dia yang jadi leader/khalifah yang menentukan mau
di bawa ke arah mana tujuan
yang akan dicapainya.
Tentang “Kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin”. Ada 6 hal yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu :
·
Manajemen
Seorang pemimpin harus dapat merencanakan segala sesuatu secara matang, berjalan sesuai rencana dan tersusun secara sistematis, serta harus memiliki rencana cadangan ketika rencana sebelumnya gagal dia punya solusi untuk mengatasinya.
·
Persamaan
Walaupun seorang pemimpin memiliki posisi
yang lebih tinggi dari pada bawahannya tidak berarti dia memiliki hak untuk mendominasi,
tetapi dia harus
bisa memperlakukan semua orang disekitarnya dengan cara
yang sama (adil). Sehingga semua
orang akan menghormatinya dan berusaha menaatinya.
·
Bekerjasama
Seorang pemimpin yang baik harus bias menjaga hubungan baik antara dia dengan bawahannya, dia juga harus memastikan bahwa dirinya telah menjalin kerjasama yang baik dengan bawahannya.
·
Motivasidan Tekad
Seorang pemimpin harus memiliki motivasi dan juga harus mampu memotivasi orang lain dan harus memiliki tekad serta keyakinan yang besar, sehingga bawahannya yakin padanya dan mau mengikuti perintahnya.
·
Antusiasme
Seorang pemimpin
harus memiliki antusias medan semangat
yang besar, dengan demikian
orang disekitarnya bisa terinspirasi dan termotivasi oleh semangatnya.
·
Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan untuk menjalin hubungan
yang baik antara pemimpin dan bawahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjaga talisilahturahmi.
Tentang “Makna Jabatan dalam Organisasi yang Islami”.
Disitu dijelaskan pengertian dari jabatan yaitu tugas yang di berikan kepada
seseorang dan di dalam pelaksanaanya harus disertai dengan tanggung jawab dan
mampu melaksanakan amanahnya. Makna jabatan dalam islam diantaranya Ibadah
kepada Alloh, memberi manfaat, mensejahterakan kehidupan dan meningkatkan
dakwah.
Mengenai keterkaitan dengan “Etos Kerja”. Pengertian etos kerja adalah
semangat kerja untuk menyelesaikan sesuatu secara optimal, lebih baik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Islam etos kerja disikapi dengan kerja
adalah ibadah, amanah dan rahmat (intinya Iman dan amal). Ciri orang yang
memiliki etos kerja yang tinggi adalah orientasi kemasa depan, kerja keras,
teliti dan menghargai waktu, hemat dan sederhana, adanya kompetisi yang jujur
dan sehat serta bertanggung jawab. Tarbiyah mengajukan beberapa kualitas etos kerja moral
muslim yang penting untuk dihayati, yaitu: Ash-Shala
(berbuat baik dan bermanfaat), Al-Itqan (sempurna, mantap terhadap pekerjaan), Al-Ihsan (melakukan yang terbaik, atau lebih
baik lagi), Al-Mujahadah (bekerja keras dan optimal), Tanafus & Ta’awun (fastabikul
khairat: berlomba-lomba dalam kebaikan juga saling tolong menolong), dan sangat menghargai waktu (wal Ashri).
Setelah
kita menyimak dari beberapa yang
telah dipaparkan di atas, maka disini kita gabungkan hubungan atau keterkaitan antara masing-masing
pembahasan dengan “Budaya Kerja
Syari’ah”.
Dalam
membangun budaya kerja syari’ah
kita mengerti dulu untuk apa kita bekerja? Dari pertanyaan itu kita bisa
mendapatkan jawaban sebagai berikut :
§
Kerja
pada hakekatnya adalahnya manifestasi
amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam
menjalankannya akan menentukan penilaian.Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada
seseorang yang berjalan melalui tempat Nabi Muhammad. Orang tersebut sedang
bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai
Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi
sabilillah, maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Nabi pun menjawab, “Kalau ia
bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi
sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan
dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah.” (HR.
Ath-Thabrani).
§
Kerja
adalah perintah suci
Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada
dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk
kebutuhan duniawi.
§
Kerja
untuk memberikan motivasi
dalam bekerja, Nabi Muhammad, menggunakan bahasa yang sangat
mengunggah dan menyadarkan. “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan
hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan
mati besok.” (HR. Baihaqi).
§
Bekerja
juga akan membuat manusia lebih merdeka,
dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain, seperti dengan meminta-minta.
“Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk
mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu
Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada
orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).
§
Islam
juga menganjurkan untuk bekerja dengan sepenuh
hati untuk memberikan kualitas
hasil terbaik. Bahkan kerja keras yang ikhlas merupakan
penghapus dosa. “Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seorang pekerja jika ia
berbuat sebaik-baiknya” (HR. Ahmad). “Siapa bekerja keras hingga lelah dari
kerjanya, maka ia terampuni (dosanya) karenanya.” (Al-Hadist). “Berpagi-pagilah
dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung
berkah dan keberuntungan” (HR. Ibnu Adi dari Aisyah). “Sesungguhnya Allah
menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan
kualitasnya” (Al-Hadist).
§
Bekerja
tidak akan lepas dari bingkai hubungan sosial, karenanya aturan-aturan yang ada
harus dipatuhi. Etika dalam bekerja tetap harus dijaga.
§
Dalam
konteks sosial (termasuk organisasional) bekerja
adalah amanah. Amanah harus ditunaikan dengan baik. Pengabaian
terhadap amanah adalah sebuah pengkhianatan yang merupakan salah satu tanda
orang munafik.
§
Bekerja
dengan sungguh-sungguh adalah syarat sebuah kemajuan. kemajuan yang didapat tanpa
kerja keras adalah pengingkaran sunnatullah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d: 11).
Di dalam bekerja, kita
luruskan niat, kuatkan motivasi, perhatikan etika dan aturan yang ada, sebagai
upaya penuaian amanah yang merupakan syarat kemajuan.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba sedikit memaparkan hubungan
atau keterkaitan antara tema-tema yang telah di bahas oleh teman kami dengan
tema yang akan kelompok kami bahas yaitu tentang Budaya Kerja Syari’ah. Budaya
kerja seorang muslim bertumpu kepada akhlakul karimah.
Akhlak yang kita contoh adalah akhlak Rasullullah yang utama yaitu shiddiq, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig, karena beliau adalah bentuk hidup dan aktualisasi Al-Qur’an yang sangat multi dimensi dan sangat luas batasannya.
Akhlak yang kita contoh adalah akhlak Rasullullah yang utama yaitu shiddiq, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig, karena beliau adalah bentuk hidup dan aktualisasi Al-Qur’an yang sangat multi dimensi dan sangat luas batasannya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
2.1
Siddiq;
2.2
Istiqomah;
2.3
Fathonah;
2.4
Amanah;
2.5
Tabligh.
1.3. Tujuan
Terbentuknya perilaku individu yang
menunjukkan keteladanan yang baik (uswathun khasanah) menuju terwujudnya
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits
serta memiliki akhlaq dan sifat yang mulia seperti sifat-sifat yang dimiliki Rasululloh.
Seperti firman Alloh dalam surat Al Ahzab : 21 yang artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah
dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab 21]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SIDDIQ
Shiddiq artinya benar.
Maksud benar disini bukan hanya
perkataannya yang benar, tapi perbuatannya juga benar. Antara perilaku sejalan
dengan ucapannya. Di dalam Siddiq kita tidak hanya membahas aspek habduminanas
tapi habduminalloh juga.
Tetapi
pada kenyataannya beda sekali dengan sekarang yang kebanyakan hanya
kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Hal
ini ditegaskan oleh Allah dalam surat An Najm ayat 3-4 yang artinya :
“Dan dia tidak menuturkan (Al Qur’an) menurut
hawa nafsunya” [An Najm : 3]
bahwa
tidak ada yang diucapkan oleh Muhammad berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa
yang diucapkan semata-ata didasari atas wahyu dari Allah SWT. Mustahil
Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta.
Seseorang yang memiliki sifat shiddiq,
ia tidak pernah berkata dusta. Apa yang diucapkannya selalu sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Orang yang memiliki sifat shiddiq
merasa selalu diawasi Allah. Ia tidak mau berkata dusta meskipun orang lain
tidak mengetahuinya. Hal itu disebabkan ia yakin bahwa Allah mah mengetahui
segala gerak-gerik dan batin hamba-nya.
Menurut
sifat Siddiq setiap muslim dalam menjalankan tugas dalam organisasi dalam
bentuk jabatan apapun haruslah senantiasa melakukan hal-hal berikut;
A. Bersikap dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai kejujuran. Juga menghayati sepenuhnya bahwa
kejujuran merupakan jati diri yang akan mengantarkan kepada kedudukan yang
terpuji (maqamam mahmuda). Meyakini sepenuhnya bahwa kejujuran hanya tumbuh
berkembang dan terpilihara selama dirinya memenuhi komitmennya sebagai hamba
Allah.
B. Meyakini
sepenuhnya bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, dan penipuan merupakan bentuk
pengkhianatan yang merendahkan martabat dirinya sebagai hamba Allah dan merusak
reputasi institusi.
C. Melaksanakan
tugas-tuganya dengan integritas yang tinggi dan karenanya tidak pernah mengenal
kompromi terhadap segala bentuk kebatilan.
D. Menetapkan
komitmennya bahwa kejujuran melandasi sikap dan tindakannya dalam menata
hubungannya dengan mitra kerja.
E. Sangat
menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam semua hubungan dengan mitra kerja
maupun dengan teman sejawat atas dasar kejujuran dan saling menghormati.
F. Berusaha
meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi anggota institusi yang baik, yang
jujur, dan bertanggung jawab, dan professional.
G. Sangat
menghargai kerja bersama-sama, berjamaah (team work), sehingga persaudaraan dan
persahabatan di antara anggota institusi lebih dominant dari pada kepentingan
dirinya.
H. Memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa
kejujuran mendorong dirinya untuk berfikir dan bertindak dengan rasa urgensi
yang tinggi.
I. Sangat
bersungguh-sungguh dalam setiap pelaksanaan tugas dan senantiasa menampakkan
penampilan yang simpatik dan impresif
2.2 Istiqomah
Istiqomah artinya teguh, konsisten
dalam fikiran dan tindakan. Atau istiqomah juga suka
diartikan sebagai usaha mempertahankan rutinitas dalam suatu pekerjaan baik /
sikap teguh dalam pendiriannya. Didalam etika islam sudah sangat jelas. Bekerja
tidak hanya di ukur dari aspek-aspek yang bersifat lahiriyah/spriritual. Dalam
islam selalu menekankan pada kejujuran, keadilan dan kebenaran. Apabila
pandangan itu di jalankan sebagaimana mestinya sehingga bisa memberikan kepuasan
misalnya produk berkualitasdan
pelayanan yang baik.
Istiqomah
merupakan penyempurna dari ke empat sifat yang dimiliki nabi. Istiqomah
meruapakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus. Istiqomah dalam
kebaikan akan mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkan solusi serta jalan
keluar dari pesoalan yang ada. Seperti firman Alloh dalam surat Fushilat :30-31 Sesunguhnya orang-orang yang
mengatakan : “Tuhan kami ialah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian maka
malaikat akan tuun kepada mereka dengan mengatakan : “Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah di
janjikan Alloh kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia
dan akhirat, didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Menurut
sifat Istiqomah setiap muslim dalam bekerja, senantiasa melakukan hal-hal
berikut :
A.
Bekerja dengan sikap yang teguh dan pantang menyerah
terhadap segala bentuk tekanan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
tugas-tugasnya.
B.
Memiliki daya adaptasi yang tinggi dalam cara
menangani berbagai perubahan dan memandang setiap tantangan sebagai kesempatan
untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dan professional.
C.
Bekerja berdasarkan komitmen yang sangat kuat untuk
menghasilkan kualitas kerja yang terbaik dan bedaya saing.
D.
Berusaha dengan tekun untuk mewujudkan hubungan dan
pelayanannya kepada setiap individu, baik di dalam institusi maupun di luar
institusi, berdasarkan kesungguhan, kesinambungan, dan kesabaran.
E.
Berteguh hati untuk melaksanakan visi dan misi
institusi dengan berorientasi pada prestasi kerja.
F.
Bersikap dan bertindak bijaksana dalam mengambil
keputusan.
G.
Memiliki semangat pengorbanan dan senantiasa mencintai
serta mendahulukan kepentingan institusi dia atas kepentingan dirinya sendiri.
H.
Bekerja dengan tujuan yang jelas dan dengan konsisten
dan konsekuen berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai dan melampaui
target yang ditetapkan.
I.
Menunjukkan sikap bijaksana dan memiliki kepedulian
yang tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran dan hasil kerja optimal untuk
kemajuan institusi.
2.3 Fathonah
Fathonah artinya Cerdas.
Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat, 114 surat
dan 30 juz dalam Al Qur’an, kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Dari
berbagai kelebihan orang yang berilmu dibanding dengan orang yang tak berilmu
maka : Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu menjadi orang yang pandai /
cerdas dan berilmu. Lihatlah ayat yang pertama kali turun adalah surah Al ‘Alaq : 1-6 yang artinya :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,"
Di dunia ini sesungguhnya tidak ada
orang yang bodoh. Yang ada hanya orang yang malas sehingga otak mereka tidak
terasah dan lama-kelamaan menjadi tumpul. Oleh karena itu, memiliki sifat
cerdas merupakan keharusan bagi setiap muslim.
Jika setiap muslim bersikap rajin,
otak senantiasa terasah sehingga menjadi cerdas. Orang yang cerdas mampu
menyelesaikan masalah yang timbul, baik itu masalah diri sendiri maupun masalah
yang dihadapi orang lain.
Setiap
muslim yang memiliki sifat fathonah senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A. Melaksanakan
tugas-tugasnya dengan standard kualitas tinggi sesuai dengan visi, msi dan
tujuan institusi.
B. Menyadari
sepenuhnya bahwa berdisplin tinggi dan mematuhi peraturan institusi merupakan
bagian hakiki dari sikap dan cara kerja yang prfesional.
C. Bekerja
secara inovatif dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan untuk
mencapai peningkatan kualitas dirinya.
D. Berusaha
untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairu ummah, bekerja secara kreatif
dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai bentuk hasil kerja dan
pelayanan unggul.
E. Terbuka terhadap
gagasan baru dan memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan secara
cepat, tepat dan akurat.
F. Melaksanakan
tugas-tugasnya dengan motivasi tinggi, bekerja keras, cerdas, dan tangkas untuk
mencapai prestasi optimal.
G. Menyadari
sepenuhnya bahwa untuk memenuhi misi institusi dibutuhkan sikap yang proaktif
dan kreatif dalam memajukan institusi.
H. Meningkatkan
kualitas akhlak, kecerdasan dan kemampuannya secara menyeluruh sebagai upaya
untuk menempatkan diri sebagai pekerja yang profesioanl.
I. Bekerja berdasarkan
prinsip-prinsip etika, moral, kejujuran, dan kesungguhan.
Maksud
Fathonah di atas adalah memiliki kecerdasan berfikir. Di dunia kerja terutama
pemimpin harus mencontoh sifat nabi yang satu ini. Pemimpin merupakan panutan
bagi bawahannya dan pemimpin orang yang menentukan arah tujuan dari perusahaan.
Kalau pemimpinnya cerdas dan pintar dia bisa menjelaskan kepada anak buahnya
tentang visi dan misi serta tujuan peusahaan. Tetapi pemimpin juga harus
berfikir dengan benar jangan hanya pintar dan cerdas saja. Kalau tidak berfikir
dengan benar mungkin cerdas dan pintar tidak akan selamanya bisa ditempatkan
pada tempatnya karena godaan untuk manusia sangat besar.
Ada
pepatah pinter ke blinger. Maksudnya orang pintar makin pintar biasanya godaan nya makin besar dan berkemungkinan
orang itu bisa jadi sombong, ria
dan syirik.Karena mereka (pemimpin) merupakan manusia memunyai sifat yang
dikuasai hawa nafsu maka mereka kadang jadi tidak berfikir benar. Biasanya
orang yang pintar haus akan pujian, kehormatan, materi dan kesenangan. Contoh para pemimpin kita di pemerintahan, mereka adalah orang pintar, tetap mengapa mereka masih melakukan korupsi, padahal mereka itu tahu bahwa korupsi itu dosa.
Oleh
karena itu seseorang (pemimpin, bawahan, manusia) harus menjadi orang yang
mempunyai sikap sebagai teladan yaitu menjadi uswathun khasanah – teladan yg
baik dalam seluruh sikap dan tindakan.
2.4
Amanah
Amanah artinya bisa
dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya,
niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Seperti firman Alloh dalam surat Al A’raaf :68 yang artinya
“Aku
menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat
yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf : 68]
Mustahil
Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.
Contoh:
Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy
agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau
menjawab:”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan matahari
di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan tugas suci
ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau
aku hancur karena-Nya”……
Meski
kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi tidak gentar dan tetap
menjalankan amanah yang dia terima.
Seorang
Muslim harusnya bersikap amanah seperti Nabi. Apalagi di dunia kerja amanah
sudah jarang dapat kita lihat dalam prakteknya. Maka sikap Amanah dalam dunia
kerja mungkin dapat kita artikan komitmen dan tanggung jawab moral yg tinggi
dalam mengemban tugas. Jika pemimpin bisa menunjukan sikap yang kita bahas tadi
di atas yaitu berbicara dengan benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan
benar (memiliki kecerdasan berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan
menganggap kerja adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di dapat
akan mendapatkan rahmat (rahmatan lil alamin).
Setiap muslim yang memiliki sifat amanat senantiasa
melakukan hal-hal berikut :
A. Menyadari
sepenuhnya bahwa bekerja itu adalah amanah, sehingga senantiasa bekerja dan
berusaha untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaannya dengan penuh
kesungguhan dan rasa tanggung jawab.
B. Memiliki
etika yang tinggi, mengahargai semangat kerja kelompok, sehingga merasa
bertanggung jawab dan ikut aktif dalam membina kualitas kelompoknya.
C. Bekerja
saling menghormati, partisipatif, dan kooperatif untuk mencapai hasil kerja
kelompok yang optimal dan bekualitas.
D. Menjadikan
semangat musyawarah merupakan cirri kepribadian dirinya dalam memecahkan
persoalan-persoalan pekerjaaan.
E. Menyatakan
komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaaan dan senantiasa
meningkatkan mutu pekerjaan dan pelayanan di segala bidang secara tepat, cepat
dan akurat.
F. Memelihara
semangat dan ghirah yang sangat tinggi untuk memberikan pelayanan prima.
G. Tidak pernah
mengkomersialkan jabatannya dan atau memanipulasi dan memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi, karena hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap
amanah Allah.
H. Memelihara
kualitas lingkungan kerja yang kondusif, menghindari segala bentuk
pergunjingan, situasi konflik, serta perbuatan lain yang akan mengganggu institusi
dan kewibawaan institusi.
I. Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab
memelihara harta dan kepentingan institusi yang merupakan amanah pada dirinya.
Amanah tetap harus dijaga jangan sampai keluar jalur dan disalahartikan, apabila amanah sudah keluar jalur maka kita sebagai orang yang mengetahuinya wajib untuk mengingatkan dan menegurnya.
Amanah tetap harus dijaga jangan sampai keluar jalur dan disalahartikan, apabila amanah sudah keluar jalur maka kita sebagai orang yang mengetahuinya wajib untuk mengingatkan dan menegurnya.
2.5
Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan
kebaikan. Segala firman Allah yang ditujukan pada
manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu
menyinggung Nabi. Seperti dalam firman Alloh surat Al Jin : 2 yang artinya :
“Supaya
Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan
risalah-risalah Tuhannya, dan (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan
Dia menghitung segala sesuatu menurut bilangannya (satu persatu).” [Al Jin :
28]
Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah (S.80:1) turun berkenaan dengan
Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata:
“Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw.
sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah
berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi
Maktum berkata : “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah
menjawab: “Tidak.” Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan
Rasulullah SAW.
(Diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh
Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Setiap
muslim yang memiliki sifat Tabligh senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A. Mempunyai
jiwa kepemimpinan yang unggul, menunjukkan keteldanan (uswatun hasanah),
sehingga dirinya menjadi panutan, baik di lingkungan kerja maupun dalam
pergaulannya dalam masyarakat.
B. Menyadari
bahwa dirinya adalah khalifah fil ardhi “pemimpin di muka bumi” yang senantiasa
harus menunjukkan sikap tingkah laku sesuai prinsip akhlakul kharimah.
C. Proaktif dan
harmonis ikut serta memberikan kostribusinya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya insani, baik secara individual maupun kolektif.
D. Saling
menolong dan saling membina satu dengan lainnya karena disadari bahwa
keberadaanya dalam institusi adalah hasil kerja bersama.
E. Menghargai
pendapat orang lain dan berkomunikasi empati atas dasar kasih sayang dan etika
yang luhur.
F. Memiliki
pengandalian diri yang tinggi dalam menghadapi kondisi kerja yang menekan.
G. Menampilkan
dirinya sebagai komunikator yang efektif dan motivator yang produktif dalam
upaya membangun kualitas kerja kelompok serta pelayanan kepada public dan mitra
usaha.
H. Menjadikan
proses belajar dan mengajar sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kerja dan
pelayanan.
I. Merasakan
misi dirinya sebagai duta institusi di tengah-tengah pergaulan masyarakat,
sehingga dengan misinya tersebut tumbuhlah citra positif masyarakat terhadap
institusi.
Untuk
menyampaikan kebaikan sangatlah sulit karena sifat manusia yang hanya mengejar
nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan cara instan/cepat tanpa dibarengi
usaha dan ingin mendapatkan kesenangan saja tanpa di barengi ketenangan maka
mereka kadang melupakan dasar dari hidup bermasyarakat yaitu berbicara,
berfikir dan beroganisasi dengan benar sehingga hawa nafsu mengusai mereka dan
mereka menjadi khianat/tidak bisa di
percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman( kebalikan sifat nabi yang
baik).
Demikian pula seorang muslim, ia
memiliki kewajiban menyampaikan kebenaran kepada orang lain walau pun hanya satu
ayat. Rasulullah saw bersabda:
بَلِّغُوْا
عَنِّيْ وَلَوْ اَيَةً
Sampaikanlah dariku walaupun satu
ayat
Jadi, dimana saja kita berada,
hendaknya kita dapat mengajak orang lain untuk selalu berbuat baik, tolong
menolong dan taat terhadap perintah-perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Kita
tidak boleh bersikap masa bodoh dan acuh tak acuh. Apalagi, berpura-pura tidak
tahu tentang ajaran islam yang harus disampaikan. Kebalikan dari tablig adalah kitman
artinya menyembunyikan.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
budaya kerja kita tidak hanya memikirkan untuk kepuasan dunia saja tetapi harus
diimbangi dengan kepuasan untuk bekal di akhirat nanti. Budaya kerja yang baik menurut islam harus
sesuai dengan aturan islam yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadist serta pendapat
para sahabat dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Di dalam budaya
kerja menurut islam kita harus mencontoh seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh
nabi besar kita Nabi Muhammad SAW seperti Siddiq,
Istiqamah, Fathanah, Amanahdan Tabligh.
v Shiddiq artinya benar.
Maksud benar disini bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.
Antara perilaku sejalan dengan ucapannya.
v Istiqomah artinya konsisten dalam fikiran dan tindakan.
v Fathonah
di atas adalah memiliki kecerdasan berfikir.
v Amanah dalam dunia kerja mungkin dapat kita artikan komitmen dan tanggung awab moral yg tinggi dalam mengemban tugas.
v Tabligh
yang kami maksud dalam budaya kerja adalah menyampaikan kebaikan kepada
orang lain, komunikatif dantrampil membangun jaringan guna kemajuan dan pencapain tujuan yang ditentukan.
Untuk
teladan dan mempunyai sifat seperti nabi sangatlah sulit karena sifat manusia
yang hanya mengejar nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan cara
instan/cepat tanpa dibarengi usaha dan ingin mendapatkan kesenangan saja tanpa
di barengi ketenangan maka mereka kadang melupakan dasar dari hidup
bermasyarakat yaitu berbicara, berfikir dan beroganisasi dengan benar sehingga
hawa nafsu mengusai mereka dan mereka menjadi khianat/tidak bisa di percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman.
Seorang
Muslim dalam dunia kerja seharusnya memanamkan sifat-sifat seperti Nabi yaitu Siddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanahdan Tabligh.
, berbicara dengan benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan benar
(memiliki kecerdasan berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan
menganggap kerja adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di dapat
akan mendapatkan ridho dan rahmat dari Alloh SWT (rahmatan lil alamin).
Mari, dalam bekerja, kita
luruskan niat, kuatkan motivasi, perhatikan etika dan aturan yang ada, sebagai
upaya penuaian amanah yang merupakan syarat kemajuan.
DAFTAR PUSTAKA
- http://media-islam.or.id/2008/Nabi Muhammad Manusia Paling Sempurna di Dunia
- http://matengkol.multiply.com/journal/item/1174/MATAHARI_BULAN…
- http://ms.wikipedia.org/wiki/Iman
- MeneladaniEmpatSifat Rasulullah, UjihSaputra S. Pd. I,
- http://uripsantoso.wordpress.com/2010/08/30/meneladani-empat-sifat-rasulullah/
- Toto Tasmara. Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intelligence). Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional, dan Berkhlak. Gema Insani Press, Jakarta 2001.
- Toto Tasmara. Membudayakan Etos Kerja Islami. Gema Insani Press, Jakarta 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar