Minggu, 28 September 2014

BUDAYA KERJA SYARI'AH



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebuah disiplim ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini jauh dari apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidikan Islam memberikan kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal tersebut belum terealisasikan dengan maksimal.

Tentang “Tipe pemimpin dalam manajemen syari’ah Islam”. Disana di bahas mengenai pengertian pemimpin menurut Islam sebagai Khalifah atau menurut umum bahwa pemimpin adalah leader/orang yang memiliki kemampuan; baik sikap,pengetahuan dan naluri untuk mengelola dan bekerjasama demi mencapai suatu tujuan.  Tipe Pemimpin dalam Manajemen Syari’ah :
·           Tegas : pemimpin yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan memerintah dengan benar, jelas dan transparan.
·           Musyawarah : pemimpin yang menghargai pendapat dari bawahannya dan dijadikan reperensi apabila pendapat itu bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk kepentingan bersama, menjaga silaturahmi dan untuk menghindari konflik
·           Terbuka : pemimpin tidak menutupi apa yang harus disampaikan dan diketahui oleh bawahannya.
·           Pemahaman terhadap tujuan perusahaan : pemimpin harus lebih tahu dan lebih pintar dari bawahan mengenai tujuan dari suatu organisasi karena dia yang jadi leader/khalifah  yang menentukan mau di bawa ke arah mana tujuan yang akan dicapainya.
Tentang  Kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin.  Ada 6 hal yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu :
·                  Manajemen
Seorang pemimpin harus dapat merencanakan segala sesuatu secara matang, berjalan sesuai rencana dan tersusun secara sistematis, serta harus memiliki rencana cadangan ketika rencana sebelumnya gagal dia punya solusi untuk mengatasinya.
 ·                  Persamaan
Walaupun seorang pemimpin memiliki posisi yang lebih tinggi dari pada bawahannya tidak berarti dia memiliki hak untuk mendominasi, tetapi dia harus bisa memperlakukan semua orang disekitarnya dengan cara yang sama (adil). Sehingga semua orang akan menghormatinya dan berusaha menaatinya.
 ·                  Bekerjasama
Seorang pemimpin yang baik harus bias menjaga hubungan baik antara dia dengan bawahannya, dia juga harus memastikan bahwa dirinya telah menjalin kerjasama yang baik dengan bawahannya.
 ·                  Motivasidan Tekad
Seorang pemimpin harus memiliki motivasi dan juga harus mampu memotivasi orang lain dan harus memiliki tekad serta keyakinan yang besar, sehingga bawahannya yakin padanya dan mau mengikuti perintahnya.
 ·                  Antusiasme
Seorang pemimpin harus memiliki antusias medan semangat yang besar, dengan demikian orang disekitarnya bisa terinspirasi dan termotivasi oleh semangatnya.
 ·                  Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik antara pemimpin dan bawahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjaga talisilahturahmi.
 Tentang “Makna Jabatan dalam Organisasi yang Islami”. Disitu dijelaskan pengertian dari jabatan yaitu tugas yang di berikan kepada seseorang dan di dalam pelaksanaanya harus disertai dengan tanggung jawab dan mampu melaksanakan amanahnya. Makna jabatan dalam islam diantaranya Ibadah kepada Alloh, memberi manfaat, mensejahterakan kehidupan dan meningkatkan dakwah.
Mengenai keterkaitan dengan “Etos Kerja”. Pengertian etos kerja adalah semangat kerja untuk menyelesaikan sesuatu secara optimal, lebih baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Islam etos kerja disikapi dengan kerja adalah ibadah, amanah dan rahmat (intinya Iman dan amal). Ciri orang yang memiliki etos kerja yang tinggi adalah orientasi kemasa depan, kerja keras, teliti dan menghargai waktu, hemat dan sederhana, adanya kompetisi yang jujur dan sehat serta bertanggung jawab. Tarbiyah mengajukan beberapa kualitas etos kerja moral muslim yang penting untuk dihayati, yaitu: Ash-Shala (berbuat baik dan bermanfaat), Al-Itqan (sempurna, mantap terhadap pekerjaan), Al-Ihsan (melakukan yang terbaik, atau lebih baik lagi), Al-Mujahadah (bekerja keras dan optimal), Tanafus & Ta’awun (fastabikul khairat: berlomba-lomba dalam kebaikan juga saling tolong menolong),  dan sangat menghargai waktu (wal Ashri).
Setelah kita menyimak dari beberapa yang  telah dipaparkan di atas, maka disini kita gabungkan hubungan atau keterkaitan antara masing-masing pembahasan dengan “Budaya Kerja Syari’ah”.
Dalam membangun budaya kerja syari’ah kita mengerti dulu untuk apa kita bekerja? Dari pertanyaan itu kita bisa mendapatkan jawaban sebagai berikut :
§    Kerja pada hakekatnya adalahnya manifestasi amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian.Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Nabi Muhammad. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Nabi pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah.” (HR. Ath-Thabrani).
§    Kerja adalah perintah suci Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi.
§    Kerja untuk memberikan motivasi dalam bekerja, Nabi Muhammad, menggunakan bahasa yang sangat mengunggah dan menyadarkan. “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Baihaqi).
§    Bekerja juga akan membuat manusia lebih merdeka, dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain, seperti dengan meminta-minta. “Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).
§    Islam juga menganjurkan untuk bekerja dengan sepenuh hati untuk memberikan kualitas hasil terbaik. Bahkan kerja keras yang ikhlas merupakan penghapus dosa. “Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seorang pekerja jika ia berbuat sebaik-baiknya” (HR. Ahmad). “Siapa bekerja keras hingga lelah dari kerjanya, maka ia terampuni (dosanya) karenanya.” (Al-Hadist). “Berpagi-pagilah dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung berkah dan keberuntungan” (HR. Ibnu Adi dari Aisyah). “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya” (Al-Hadist).
§    Bekerja tidak akan lepas dari bingkai hubungan sosial, karenanya aturan-aturan yang ada harus dipatuhi. Etika dalam bekerja tetap harus dijaga.
§    Dalam konteks sosial (termasuk organisasional) bekerja adalah amanah. Amanah harus ditunaikan dengan baik. Pengabaian terhadap amanah adalah sebuah pengkhianatan yang merupakan salah satu tanda orang munafik.
§    Bekerja dengan sungguh-sungguh adalah syarat sebuah kemajuan. kemajuan yang didapat tanpa kerja keras adalah pengingkaran sunnatullah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d: 11).
Di dalam bekerja, kita luruskan niat, kuatkan motivasi, perhatikan etika dan aturan yang ada, sebagai upaya penuaian amanah yang merupakan syarat kemajuan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba sedikit memaparkan hubungan atau keterkaitan antara tema-tema yang telah di bahas oleh teman kami dengan tema yang akan kelompok kami bahas yaitu tentang Budaya Kerja Syari’ah. Budaya kerja seorang muslim bertumpu kepada akhlakul karimah.
Akhlak yang kita contoh adalah akhlak Rasullullah yang utama yaitu shiddiq, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig, karena beliau adalah bentuk hidup dan aktualisasi Al-Qur’an yang sangat multi dimensi dan sangat luas batasannya.
1.2.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
2.1         Siddiq;
2.2         Istiqomah;
2.3         Fathonah;
2.4         Amanah;
2.5         Tabligh.
1.3.      Tujuan
Terbentuknya perilaku individu yang menunjukkan keteladanan yang baik (uswathun khasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits serta memiliki akhlaq dan sifat yang mulia seperti sifat-sifat yang dimiliki Rasululloh.
Seperti firman Alloh dalam surat Al Ahzab : 21 yang artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab 21]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      SIDDIQ
Shiddiq artinya benar.  Maksud benar disini bukan hanya perkataannya yang benar, tapi perbuatannya juga benar. Antara perilaku sejalan dengan ucapannya. Di dalam Siddiq kita tidak hanya membahas aspek habduminanas tapi habduminalloh juga.
Tetapi pada kenyataannya beda sekali dengan sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat An Najm ayat 3-4 yang artinya :



 
  “Dan dia tidak menuturkan (Al Qur’an) menurut hawa nafsunya” [An Najm : 3]



“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya” [An Najm : 4]
bahwa tidak ada yang diucapkan oleh Muhammad berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa yang diucapkan semata-ata didasari atas wahyu dari Allah SWT. Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta.
Seseorang yang memiliki sifat shiddiq, ia tidak pernah berkata dusta. Apa yang diucapkannya selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Orang yang memiliki sifat shiddiq merasa selalu diawasi Allah. Ia tidak mau berkata dusta meskipun orang lain tidak mengetahuinya. Hal itu disebabkan ia yakin bahwa Allah mah mengetahui segala gerak-gerik dan batin hamba-nya.
Menurut sifat Siddiq setiap muslim dalam menjalankan tugas dalam organisasi dalam bentuk jabatan apapun haruslah senantiasa melakukan hal-hal berikut;
A.     Bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai kejujuran. Juga menghayati sepenuhnya bahwa kejujuran merupakan jati diri yang akan mengantarkan kepada kedudukan yang terpuji (maqamam mahmuda). Meyakini sepenuhnya bahwa kejujuran hanya tumbuh berkembang dan terpilihara selama dirinya memenuhi komitmennya sebagai hamba Allah.
B.     Meyakini sepenuhnya bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, dan penipuan merupakan bentuk pengkhianatan yang merendahkan martabat dirinya sebagai hamba Allah dan merusak reputasi institusi.
C.    Melaksanakan tugas-tuganya dengan integritas yang tinggi dan karenanya tidak pernah mengenal kompromi terhadap segala bentuk kebatilan.
D.    Menetapkan komitmennya bahwa kejujuran melandasi sikap dan tindakannya dalam menata hubungannya dengan mitra kerja.
E.     Sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan dalam semua hubungan dengan mitra kerja maupun dengan teman sejawat atas dasar kejujuran dan saling menghormati.
F.     Berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi anggota institusi yang baik, yang jujur, dan bertanggung jawab, dan professional.
G.    Sangat menghargai kerja bersama-sama, berjamaah (team work), sehingga persaudaraan dan persahabatan di antara anggota institusi lebih dominant dari pada kepentingan dirinya.
H.     Memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa kejujuran mendorong dirinya untuk berfikir dan bertindak dengan rasa urgensi yang tinggi.
I.       Sangat bersungguh-sungguh dalam setiap pelaksanaan tugas dan senantiasa menampakkan penampilan yang simpatik dan impresif
2.2       Istiqomah
Istiqomah artinya teguh, konsisten dalam fikiran dan tindakan. Atau istiqomah juga suka diartikan sebagai usaha mempertahankan rutinitas dalam suatu pekerjaan baik / sikap teguh dalam pendiriannya. Didalam etika islam sudah sangat jelas. Bekerja tidak hanya di ukur dari aspek-aspek yang bersifat lahiriyah/spriritual. Dalam islam selalu menekankan pada kejujuran, keadilan dan kebenaran. Apabila pandangan itu di jalankan sebagaimana mestinya sehingga bisa memberikan kepuasan misalnya produk berkualitasdan pelayanan yang baik.
Istiqomah merupakan penyempurna dari ke empat sifat yang dimiliki nabi. Istiqomah meruapakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus. Istiqomah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkan solusi serta jalan keluar dari pesoalan yang ada. Seperti firman Alloh dalam surat  Fushilat :30-31 Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian maka malaikat akan tuun kepada mereka dengan mengatakan : “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah di janjikan Alloh kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Menurut sifat Istiqomah setiap muslim dalam bekerja, senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A.      Bekerja dengan sikap yang teguh dan pantang menyerah terhadap segala bentuk tekanan yang akan mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugasnya.
B.     Memiliki daya adaptasi yang tinggi dalam cara menangani berbagai perubahan dan memandang setiap tantangan sebagai kesempatan untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dan professional.
C.     Bekerja berdasarkan komitmen yang sangat kuat untuk menghasilkan kualitas kerja yang terbaik dan bedaya saing.
D.     Berusaha dengan tekun untuk mewujudkan hubungan dan pelayanannya kepada setiap individu, baik di dalam institusi maupun di luar institusi, berdasarkan kesungguhan, kesinambungan, dan kesabaran.
E.      Berteguh hati untuk melaksanakan visi dan misi institusi dengan berorientasi pada prestasi kerja.
F.      Bersikap dan bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan.
G.     Memiliki semangat pengorbanan dan senantiasa mencintai serta mendahulukan kepentingan institusi dia atas kepentingan dirinya sendiri.
H.     Bekerja dengan tujuan yang jelas dan dengan konsisten dan konsekuen berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai dan melampaui target yang ditetapkan.
I.        Menunjukkan sikap bijaksana dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran dan hasil kerja optimal untuk kemajuan institusi.

 2.3       Fathonah
Fathonah artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat, 114 surat dan 30 juz dalam Al Qur’an, kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Dari berbagai kelebihan orang yang berilmu dibanding dengan orang yang tak berilmu maka : Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu menjadi orang yang pandai / cerdas dan berilmu. Lihatlah ayat yang pertama kali turun adalah surah Al ‘Alaq : 1-6 yang artinya :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,"
Di dunia ini sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh. Yang ada hanya orang yang malas sehingga otak mereka tidak terasah dan lama-kelamaan menjadi tumpul. Oleh karena itu, memiliki sifat cerdas merupakan keharusan bagi setiap muslim.
Jika setiap muslim bersikap rajin, otak senantiasa terasah sehingga menjadi cerdas. Orang yang cerdas mampu menyelesaikan masalah yang timbul, baik itu masalah diri sendiri maupun masalah yang dihadapi orang lain.
Setiap muslim yang memiliki sifat fathonah senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A.     Melaksanakan tugas-tugasnya dengan standard kualitas tinggi sesuai dengan visi, msi dan tujuan institusi.
B.     Menyadari sepenuhnya bahwa berdisplin tinggi dan mematuhi peraturan institusi merupakan bagian hakiki dari sikap dan cara kerja yang prfesional.
C.    Bekerja secara inovatif dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan untuk mencapai peningkatan kualitas dirinya.
D.    Berusaha untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairu ummah, bekerja secara kreatif dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai bentuk hasil kerja dan pelayanan unggul.
E.     Terbuka terhadap gagasan baru dan memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan secara cepat, tepat dan akurat.
F.     Melaksanakan tugas-tugasnya dengan motivasi tinggi, bekerja keras, cerdas, dan tangkas untuk mencapai prestasi optimal.
G.    Menyadari sepenuhnya bahwa untuk memenuhi misi institusi dibutuhkan sikap yang proaktif dan kreatif dalam memajukan institusi.
H.    Meningkatkan kualitas akhlak, kecerdasan dan kemampuannya secara menyeluruh sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai pekerja yang profesioanl.
I.       Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip etika, moral, kejujuran, dan kesungguhan.

Maksud Fathonah di atas adalah memiliki kecerdasan berfikir. Di dunia kerja terutama pemimpin harus mencontoh sifat nabi yang satu ini. Pemimpin merupakan panutan bagi bawahannya dan pemimpin orang yang menentukan arah tujuan dari perusahaan. Kalau pemimpinnya cerdas dan pintar dia bisa menjelaskan kepada anak buahnya tentang visi dan misi serta tujuan peusahaan. Tetapi pemimpin juga harus berfikir dengan benar jangan hanya pintar dan cerdas saja. Kalau tidak berfikir dengan benar mungkin cerdas dan pintar tidak akan selamanya bisa ditempatkan pada tempatnya karena godaan untuk manusia sangat besar.
Ada pepatah pinter ke blinger. Maksudnya orang pintar makin pintar biasanya godaan nya makin besar dan berkemungkinan orang itu bisa jadi sombong, ria dan syirik.Karena mereka (pemimpin) merupakan manusia memunyai sifat yang dikuasai hawa nafsu maka mereka kadang jadi tidak berfikir benar. Biasanya orang yang pintar haus akan pujian, kehormatan, materi dan kesenangan. Contoh para pemimpin kita di pemerintahan, mereka adalah orang pintar, tetap mengapa mereka masih melakukan korupsi, padahal mereka itu tahu bahwa korupsi itu dosa.
Oleh karena itu seseorang (pemimpin, bawahan, manusia) harus menjadi orang yang mempunyai sikap sebagai teladan yaitu menjadi uswathun khasanah – teladan yg baik dalam seluruh sikap dan tindakan.
2.4         Amanah
Amanah artinya bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Seperti firman Alloh dalam surat Al A’raaf :68 yang artinya
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf : 68]
Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.
Contoh: Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau menjawab:”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karena-Nya”……
Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima.
Seorang Muslim harusnya bersikap amanah seperti Nabi. Apalagi di dunia kerja amanah sudah jarang dapat kita lihat dalam prakteknya. Maka sikap Amanah dalam dunia kerja mungkin dapat kita artikan komitmen dan tanggung jawab moral yg tinggi dalam mengemban tugas. Jika pemimpin bisa menunjukan sikap yang kita bahas tadi di atas yaitu berbicara dengan benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan benar (memiliki kecerdasan berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan menganggap kerja adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di dapat akan mendapatkan rahmat (rahmatan lil alamin).
Setiap muslim yang memiliki sifat amanat senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A.     Menyadari sepenuhnya bahwa bekerja itu adalah amanah, sehingga senantiasa bekerja dan berusaha untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.
B.     Memiliki etika yang tinggi, mengahargai semangat kerja kelompok, sehingga merasa bertanggung jawab dan ikut aktif dalam membina kualitas kelompoknya.
C.    Bekerja saling menghormati, partisipatif, dan kooperatif untuk mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan bekualitas.
D.    Menjadikan semangat musyawarah merupakan cirri kepribadian dirinya dalam memecahkan persoalan-persoalan pekerjaaan.
E.     Menyatakan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaaan dan senantiasa meningkatkan mutu pekerjaan dan pelayanan di segala bidang secara tepat, cepat dan akurat.
F.     Memelihara semangat dan ghirah yang sangat tinggi untuk memberikan pelayanan prima.
G.    Tidak pernah mengkomersialkan jabatannya dan atau memanipulasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, karena hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap amanah Allah.
H.    Memelihara kualitas lingkungan kerja yang kondusif, menghindari segala bentuk pergunjingan, situasi konflik, serta perbuatan lain yang akan mengganggu institusi dan kewibawaan institusi.
I.        Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara harta dan kepentingan institusi yang merupakan amanah pada dirinya.
 
Amanah tetap harus dijaga jangan sampai keluar jalur dan disalahartikan, apabila amanah sudah keluar jalur maka kita sebagai orang yang mengetahuinya wajib untuk mengingatkan dan menegurnya.
 
2.5         Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan kebaikan. Segala firman Allah yang ditujukan pada manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi. Seperti dalam firman Alloh surat Al Jin : 2 yang artinya :
“Supaya Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, dan (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu menurut bilangannya (satu persatu).” [Al Jin : 28]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah (S.80:1) turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah SAW. sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata : “Apakah yang saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah SAW.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Setiap muslim yang memiliki sifat Tabligh senantiasa melakukan hal-hal berikut :
A.     Mempunyai jiwa kepemimpinan yang unggul, menunjukkan keteldanan (uswatun hasanah), sehingga dirinya menjadi panutan, baik di lingkungan kerja maupun dalam pergaulannya dalam masyarakat.
B.     Menyadari bahwa dirinya adalah khalifah fil ardhi “pemimpin di muka bumi” yang senantiasa harus menunjukkan sikap tingkah laku sesuai prinsip akhlakul kharimah.
C.    Proaktif dan harmonis ikut serta memberikan kostribusinya untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani, baik secara individual maupun kolektif.
D.    Saling menolong dan saling membina satu dengan lainnya karena disadari bahwa keberadaanya dalam institusi adalah hasil kerja bersama.
E.     Menghargai pendapat orang lain dan berkomunikasi empati atas dasar kasih sayang dan etika yang luhur.
F.     Memiliki pengandalian diri yang tinggi dalam menghadapi kondisi kerja yang menekan.
G.    Menampilkan dirinya sebagai komunikator yang efektif dan motivator yang produktif dalam upaya membangun kualitas kerja kelompok serta pelayanan kepada public dan mitra usaha.
H.    Menjadikan proses belajar dan mengajar sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan.
I.       Merasakan misi dirinya sebagai duta institusi di tengah-tengah pergaulan masyarakat, sehingga dengan misinya tersebut tumbuhlah citra positif masyarakat terhadap institusi.
Untuk menyampaikan kebaikan sangatlah sulit karena sifat manusia yang hanya mengejar nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan cara instan/cepat tanpa dibarengi usaha dan ingin mendapatkan kesenangan saja tanpa di barengi ketenangan maka mereka kadang melupakan dasar dari hidup bermasyarakat yaitu berbicara, berfikir dan beroganisasi dengan benar sehingga hawa nafsu mengusai mereka dan mereka menjadi khianat/tidak bisa di percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman( kebalikan sifat nabi yang baik).
Demikian pula seorang muslim, ia memiliki kewajiban menyampaikan kebenaran kepada orang lain walau pun hanya satu ayat. Rasulullah saw bersabda: 
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ اَيَةً
Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat
Jadi, dimana saja kita berada, hendaknya kita dapat mengajak orang lain untuk selalu berbuat baik, tolong menolong dan taat terhadap perintah-perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Kita tidak boleh bersikap masa bodoh dan acuh tak acuh. Apalagi, berpura-pura tidak tahu tentang ajaran islam yang harus disampaikan. Kebalikan dari tablig adalah kitman artinya menyembunyikan.

BAB III
KESIMPULAN
Dalam budaya kerja kita tidak hanya memikirkan untuk kepuasan dunia saja tetapi harus diimbangi dengan kepuasan untuk bekal di akhirat nanti.  Budaya kerja yang baik menurut islam harus sesuai dengan aturan islam yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadist serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Di dalam budaya kerja menurut islam kita harus mencontoh seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh nabi besar kita Nabi Muhammad SAW seperti Siddiq, Istiqamah,  Fathanah, Amanahdan Tabligh.
v  Shiddiq artinya benar. Maksud benar disini bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Antara perilaku sejalan dengan ucapannya.
v  Istiqomah artinya konsisten dalam fikiran dan tindakan.
v  Fathonah di atas adalah memiliki kecerdasan berfikir.
v  Amanah dalam dunia kerja mungkin dapat kita artikan komitmen dan tanggung awab moral yg tinggi dalam mengemban tugas.
v  Tabligh yang kami maksud dalam budaya kerja adalah menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dantrampil membangun jaringan guna kemajuan dan pencapain tujuan yang ditentukan.
Untuk teladan dan mempunyai sifat seperti nabi sangatlah sulit karena sifat manusia yang hanya mengejar nominal tanpa dibarengi manfaat, ingin dengan cara instan/cepat tanpa dibarengi usaha dan ingin mendapatkan kesenangan saja tanpa di barengi ketenangan maka mereka kadang melupakan dasar dari hidup bermasyarakat yaitu berbicara, berfikir dan beroganisasi dengan benar sehingga hawa nafsu mengusai mereka dan mereka menjadi khianat/tidak bisa di percaya, bodoh/jahlun, menyembunyikan /khitman.
Seorang Muslim dalam dunia kerja seharusnya memanamkan sifat-sifat seperti Nabi yaitu  Siddiq, Istiqamah,  Fathanah, Amanahdan Tabligh. , berbicara dengan benar (tidak berbohong, jujur), berfikir dengan benar (memiliki kecerdasan berfikir) dan mampu bersosialisasi dengan benar dan menganggap kerja adalah bagian dari ibadah Insya Alloh hasil yang akan di dapat akan mendapatkan ridho dan rahmat dari Alloh SWT (rahmatan lil alamin).
Mari, dalam bekerja, kita luruskan niat, kuatkan motivasi, perhatikan etika dan aturan yang ada, sebagai upaya penuaian amanah yang merupakan syarat kemajuan.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar